BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bencana yang tidak
habis-habisnya , baik dibuat oleh manusia maupun kejadian alam merupakan sumber
stressor yang berat yang dapat mengakibatkan terjadinnya berbagai masalah
kesehatan jiwa dari yang ringan sampai yang berat. Salah satunya yaitu masalah
kesehatan jiwa prilaku kekerasan atau yang sering disebut PK, merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sundeen, 1995)
1.2
Rumusan dan Batasan Masalah
a.
Apa pengertian dari perilaku
kekerasan ?
b.
Bagaimana Rentang
Respon masalah kesehatan jiwa PK ?
c.
Bagaimana Hierarki
Agresif masalah kesehatan jiwa PK ?
d.
Bagaiman
Skema Proses / Mekanisme Penyesuaian Klien Marah?
e.
Apa saja tanda dan gejala dari
masalah kesehatan jiwa PK ?
f.
Bagaimana pohon masalah pada masalah
kesehatan jiwa PK ?
g.
Apa saja Masalah
Keperawatan dan data yang perlu dikaji pada masalah
kesehatan jiwa PK ?
h.
Bagaimana
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada masalah kesehatan jiwa PK ?
1.3
Tujuan Penulisan Makalah
-
Untuk memenuhi tugas perkuliahan
dari mata kuliah Keperawatan Jiwa.
-
Untuk mengetahui secara rinci
materi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.
1.4
Manfaat Penulisan Makalah
-
Agar dapat mengetahui secara
rinci materi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.
-
Untuk menambah wawasan mengenai secara rinci
materi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.
1.5
Metode Penulisan Makalah
Metode yang digunakan berdasarkan sumber buku
Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa dari Dr. Budi Anna, dkk maupun situs
internet.
BAB II
KONSEP TEORI
1.1
Definisi
Perilaku Kekerasan
Marah
adalah suatu bentu kemurkaan atau permusuhan yang seirng dinyatakan dalam betuk
agresi. (MIF Baihaqi 2005 : 113).
Marah
adalah satu emosi, yang merentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah
yang hebat, yang dialami oleh semua orang (Kaplan, Hamid 1 1998 : 135).
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik diri sendiri orang lain maupun lingkungan (Mary
C townsend 1998 : 150).
Perilaku
kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang
kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. (Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh Keperawatan Departemen
Kesehatan RI Pusat, Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1998 : 4).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan
Sundeen, 1995)
Dari
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah
manifestasi dari perasaan marah yang bersifat maladapatif dimana seorang
individu dapat membahayakan secara fisik baik bagi diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya.
1.2 Rentang
Respon
Respon adaptif Respon
Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk
a. Respon marah yang
adapatif meliputi :
1)
Pernyataan
(asertif) adalah respon marah dimana
individu mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain yang akan memeberikan ketegangan bagi individu.
2)
Frustasi
adalah respon yang terjadi akibat individu, gagal mencapai tujuan, kepuasan
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu yang tidak
menemukan alternatif lain.
b. Respon marah yang maladapatif meliputi :
1)
Pasif
adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan
yang sedang dialami, untuk menghindari tuntutan kebutuhan yang dihadapi.
2)
Agresif
adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk
menuntut sesuatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif namun masih
terkontrol.
3)
Perilaku
kekeraasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya
kontrol, dimana individu dapat merusak disertai dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan
1.3
Hierarki
Agresif
|
|
|
|
|
|
|
|
1. Memperlihatkan
permusuhan rendah
2. Keras
menuntut
3. Mendekati
orang lain dengan ancaman
4. Memberi
kata-kata ancaman tanpa niat melukai
5. Menyentuh
orang lain dengan cara yang menakutkan
6. Memberi
kata-kata ancaman dengan rencana melukai
7. Melukai
dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan medis
8. Melukai
dalam tingkat serius dan memerlukan perawatan medis
|
|
|
1.4
Skema
Proses / Mekanisme Penyesuaian Klien Marah
Stressor
Stres
Cemas
Merasa
kuat Diungkapkan Merasa
tidak adekuat
Menentang Waspada/ sadar kebutuhan Melarikan diri
Pemecahan
masalah kurang Lega Menolak keparahan
Marah
berkepanjangan Ketegangan turun Ekpresi marah
Rasa
marah teratasi
Kronik
Depresi/
penyakit somatik Agresi/
Amuk
Proses Terjadinya Masalah
1.
Pengertian
Perilaku
kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum
dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman,
kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Gejala klinis
Gejala
klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui
pengkajian meliputi :
a.
Wawancara : diarahkan penyebab marah,
perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
b.
Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
a.
Faktor
Predisposisi
1.
Psikoanalisa
2.
Biologis/
neurobiologik
3.
Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan
frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk.
4.
Perilaku, reinforcement
yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan,
merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan
5.
Sosial Budaya;
budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima
b.
Factor
Penyebab Amuk
·
Klien
a)
Sosial budaya
b)
Gangguan mental
c)
Putus asa dan
ketidakberdayaan
d)
Penyakit fisik
e)
Usia dan jenis
kelamin
·
Lingkungan
a)
Ribut
b)
Padat
c)
Banyak waktu luang
d)
Staf yang
bermusuhan
·
Interaksi
a)
Provokasi
b)
Antisipasi
c)
Konflik
c.
Faktor
Presipitasi
Semua
faktor ancaman
·
internal
a. kelemahan
b. rasa percaya yang kurang
c. takut sakit
d. hilang kontrol
·
eksternal
e. penganiayaan fisik
f. kehilangan orang yang dicintai/ penting
g. kritik
2.
Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas,
pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan
harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Perbandingan
Perilaku Pasif, Asertif dan Agresif
|
Pasif
|
Asertif
|
Agresif
|
Isi bicara
|
· Negatif
· menghina
· dapatkah saya
lakukan
· dapatkah ia
lakukan
|
· positif
· menghargai
diri sendiri
· saya
dapat/akan lakukan
|
· berlebihan
· menghina
orang lain
· anda selalu/
tidak pernah
|
Nada suara
|
· diam
· lemah
· merengek
|
· diatur
|
· tinggi
· menuntut
|
Posture/
sikap tubuh
|
· melotot
· menundukkan
kepala
|
· tegak
· rileks
|
· tenang
· bersandar ke
depan
|
Personal
space
|
· orang lain
dapat masuk pada teritorial pribadinya
|
· Menjaga jarak yang mneyenangkan
· Mempertahankan
hak tempat/ teritorial
|
· Memasuki
teritorial orang lain
|
Gerakan
|
· Minimal
· Lemah
· Resah
|
· Memperlihatkan
gerakan yang sesuai
|
· Mengancam,
ekspansi gerakan
|
|
Pasif
|
Asertif
|
Agresif
|
Kontak mata
|
· Sedikit atau
tidak
|
· Sekali-sekali
(intermiten)
· Sesuai dengan
kebutuhan interaksi
|
· melotot
|
1.5
Tanda
dan Gejala
1.
Fisik
·
muka merah
·
pandangan tajam
·
napas pendek
·
keringat
·
sakit fisik
·
penyalahguanan zat
·
tekanan darah
2.
Emosi
·
tidak adekuat
·
tidak aman
·
rasa terganggu
·
marah (dendam)
·
jengkel
3.
Intelektual
·
Mondominasi
·
Bawel
·
Berdebat
·
Meremahkan orang
lain
4.
Sosial
·
Menarik diri
·
Pengasingan
·
Penolakan
·
Kekerasan
·
Ejekan
·
Humor
5.
Spiritual
·
Kemahakuasaan
·
Kebajikan/
kebenaran diri
·
Keraguan
·
Kebejatan
·
Kreativitas
terhambat
3.
Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll.
1.6
Pohon
Masalah
Risti
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku Kekerasan Core Problem
Gangguan
konsep diri: HDR
1.7
Rentang Tindakan Keperawatan dalam manajemen Agresif
Strategi
Prevensi Strategi
antisipasi Strategi
Pembatasan gerak
1.
Kesadaran diri 4.
Komunikasi 8.
Manajemen krisis
2.Pendidikan kesehatan/ 5.
Perubahan lingkungan 9.
Pengasingan
Manajemen
perilaku 6. Tindakan perilaku 10. Pengekangan
Kekerasan 7. Psikofarmaka
3.Latihan asertif
1.8 Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan:
1).
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
2).
Perilaku kekerasan / amuk
3).
Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:
1.
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
1).
Data Subyektif :
§
Klien mengatakan benci atau
kesal pada seseorang.
§
Klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
§
Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.
2).
Data Objektif :
§ Mata
merah, wajah agak merah.
§ Nada suara
tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
§ Ekspresi
marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§ Merusak dan melempar
barang‑barang.
2.
Perilaku kekerasan / amuk
1).
Data Subyektif :
§
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
§
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
§
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
2).
Data Obyektif
§ Mata
merah, wajah agak merah.
§ Nada suara
tinggi dan keras, bicara menguasai.
§ Ekspresi
marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§ Merusak dan melempar
barang‑barang.
3.
Gangguan harga diri : harga diri rendah
1). Data
subyektif:
Klien
mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Klien
tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
c.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang
didapat. Diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan dirumuskan jika pasien
saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku
kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.
Tindakan Keperawatan
Setelah menegakkan diagnosis keperawatan,perawatan melakukan
beberapa tindakan keperawatan,baik pada pasien maupun keluarga.
a)
Tindakan
keperawatan pada pasien
1.
tujuan keperawatan
a)
pasien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b)
pasien dapat
mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasan
c)
pasien dapat
menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d)
pasien dapat
menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e)
pasien dapat
menyebutkan cara mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan.
f)
Pasien dapat
mencegah/mengendalikan perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,sosial dan
dengan terapi psikofarmaka.
2.
tindakan
keperawatan
a)
Bina hubungan
saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya, pasien harus
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus
perawat lakukan dalam rangka membina hubungan yang saling percaya adalah :
1.
mengucapkan salam
terapeutik
2.
berjabat tangan
3.
menjelaskan tujuan
interaksi
4.
membuat kontrak
topik,waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b)
Diskusikan bersama
pasien penyebab penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu
c)
Diskusikan
perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan pasien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan
1.
diskusikan tanda
dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2.
diskusikan tanda
dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3.
diskusikan tanda
dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4.
diskusikan tanda
dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5.
diskusikan tanda
dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d)
Diskusikan bersama
pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah:
1.
verbal
2.
terhadap orang lain
3.
terhadap diri
sendiri
4.
terhadap lingkungan
e)
Diskusikan bersama
pasien pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan
f)
Diskusikan bersama
pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan,yaitu dengan cara berikut.
1.
fisik : pukul
kasur/bantal, tarik nafas dalam
2.
obat
3.
sosial/verbal :
menyatakan secara asertif rasa marahnya
4.
spiritual : beribadahnya sesuai keyakinan pasien.
g)
Bantu pasien
latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik:
1.
latihan nafas dalam
dan pukul kasur/bantal
2.
susun jadwal
latihanan dalam dan pukul kasur/bantal
h)
Bantu pasien
latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1.
bantu mengungkapkan
rasa marah secara verbal: menolak dan meminta dangan baik,mengungkapkan
perasaan dengan baik
2.
buat jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal
i)
Bantu pasien
latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual :
1.
bantu pasien
mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
2.
buat jadwal latihan
ibadah dan berdoa
j)
Bantu pasien
mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :
1.
bantupasien minum
obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama
obat,benar cara cara minum obat,benar waktu dan benar dosis obat)
2.
susun jadwal minum
secara teratur
k)
Ikut sertakan pasien TAK stimulasi persepsi untuk
mengendalikan perilaku
d. Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan/amuk.
b.
Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri:
harga diri rendah.
e. Rencana Tindakan
Tujuan Umum:
Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasan
Tujuan
Khusus:
1).
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1.
Bina hubungan saling percaya : salam
terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2.
Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai.
1.3.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang.
2.
Klien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1.
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2.
Bantu klien mengungkapkan perasaan
jengkel/kesal.
2.3.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3.
Klien dapat mengidentifikasi tanda‑tanda
perilaku kekerasan.
Tindakan :
3.1.
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
3.2.
Observasi tanda perilaku kekerasan.
3.3.
Simpulkan bersama klien tanda‑tanda
jengkel/kesal yang dialami klien.
4.
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
4.1.
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
4.2.
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3.
Tanyakan "Apakah dengan cara yang
dilakukan masalahnya selesai ?"
5.
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan.
Tindakan:
5.1.
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang
dilakukan.
5.2.
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara
yang digunakan.
5.3.
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru
yang sehat.
6.
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
thd kemarahan.
Tindakan :
6.1.
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang
sehat.
6.2.
Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik
: tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal/kasur.
6.3.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang
marah atau kesal/tersinggung.
6.4.
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang,
memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
7.
Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol
perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1.
Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2.
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang
telah dipilih.
7.3.
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan
yang dicapai dalam simulasi.
7.5.
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih
saat jengkel/marah.
8.
Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1.
Beri pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien melaluit pertemuan keluarga.
8.2.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga.
9.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
(sesuai program).
Tindakan:
9.1.
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama,
dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
9.2.
Bantu klien mengpnakan obat dengan prinsip 5
benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
9.3.
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
1.9 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1
SP
1 pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyeba marah,
tanda dan gejala yang dirasakan,perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan
cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas
dalam)
Orientasi
“Selamat pagi pak,perkenalkan nama saya AK, panggil saya
A. Saya perawat yang dinas di ruangan soka ini. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Saya yang akan merawat bapak, selama bapak di
rumah sakit ni. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
Baiklah
, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah Bapak”
“Berapa lama Bapak mau kita
brerbincang bincang?Bagaimana kalau 20 menit? “
“Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di ruang tamu?”
Kerja
“ Apa yang menyebabkan Bapak A marah? Apakah sebelumnya
Bapak A pernah marah? Terus penyebabnya apa? Samakan dengan yang sekarang?
O,,,,iya jadi ada 2 penyebab marah A.”
“ Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak A
pulang ke rumah dan istroi belum menyiapkan makanan (misalnya ini penyebab marah
pasien),apa yang bapak A rasakan?” (tunggu respon pasien).
“Apakah Bapak A merasakan kesal kemudian dada Bapak
berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”.
“ setelah itu apa yang Bapak A lakukan?”.
“Jadi Bapak A memukul istri dan memecahkan piring? Apakah
dengan cara ini makanan terhidang? Betul, istri jadi sakit dan takut,
piring-piring pecah.”
“ Menurut Bapak A adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Bapak A belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”.
“Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan, Pak.
Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, rasa
marah disalurkan.”
“ Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah,
bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak A
rasakan, Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik dari hidung, bagus.....,tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak A sudah bisa melakukannya, bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak A lakukan secara rutin
sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak A sudah terbiasa
melakukannya.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak A setelah berbincang-bincang
tentang kemarahan Bapak?”
“Iya, jadi ada 2 penyebab Bapak A marah...(sebutkan) dan
yang Bapak rasakan...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan....(sebutkan) serta akibatnya...(sebutkan).”
“coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab
marah Bapak yang lalu, apa yang Bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan nafas dalam, ya Pak.”
“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Pak, berapa kali
sehari Bapak mau latihan nafas dalam?”
“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita
latihan cara yang laijn untuk mencegah/mengendalikan marah.”
“Tempatnya disini saja, ya Pak?”
“Selamat pagi.”
SP 2
SP2
pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik kedua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik kedua [pukul kasur dan bantal], menyusun jadwal
kegiatan harian cara kedua).
Peragakan komunikasi di bawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi Pak, sesuai dengan dengan janji saya
kemarin, sekarang kita ketemu lagi. Bagaimana Pak, sudah dilakukan tarik nafas
dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Berkurangkah rasa marahnya?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya. Bagus! Nah,
kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri, tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan, tulis B, artinya dibantu atau diingatkan.
Kalau tidak dilakukan, tulis T, artinya belum dapat melakukan.”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang
baik untuk mencegah marah?”
“Di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat yang sama?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 30 menit?”
Kerja
“Kalau
ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam bapak dapat memukul kasur dan bantal.”
“Sekarang , mari kita latihan
memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan
ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul
kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus
sekali bapak melakukannya!”
“Kekesalan lampiaskan kekasur atau
ke bantal.”
“Nah, cara ini pun dapat dilakukan
secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapihkan tempat
tidurnya.”
Terminasi
“Bagaimana
perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita
latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus!”
“Mari kita masukan kedalam jadwal
kegiatan sehari-hari bapak. Pukul berapa bapak mau mempraktikan memukul
kasur/bantal? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 5 pagi dan
jam 3 sore. Lalu, kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
yang tadi ya pak.
“Besok jam 10 pagi, kita ketemu lagi
kita akan latihan cara mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik.
Sampai jumpa!”
SP 3
SP
3 pasien : membantu pasien latihan mengendalikan prilaku kekerasan secara social/verbal
(evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan, latiahan mengungkapkan rasa marah secara verbal [menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik], susun jadwal
latihan mengungkapkan marah secara verbal).
Peragakan
komunikasi dibawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan
janji saya kemarin , sekarang kita ketemu lagi. Bagaimana pak, sudah dilakukan
latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Berkurangkah rasa marahnya?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya. Bagus! Nah, kalau tarik
napas dalamnya dilakukan sendiri, tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan
suster baru dilakukan, tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Kalau tidak
dilakukan , tulis T, artinya belum dapat melakukan.”
“Bagaimana kalau sekarang kita
latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah?”
“Dimana kita berbincang-bincang?
Bagaiman kalau ditempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? Bagaiman kalau 30 menit?”
Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk
mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau
pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya Pak :
1.
Meminta dengan baik
tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata
kasar. Kemarin Bapakbilang penyebab marahnya karena istri tidak memberi uang.
Coba bapak minta uang dengan baik, katakan, “Bu,
saya perlu uang untuk membeli teh,”. Coba Bapak praktikkan, Bagus Pak!”
2.
Menolak dengan
baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya, katakan, “Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan.” Coba Bapak praktikkan. Bagus Pak!
3.
Mengungkapkan
perasaan kesal. Jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, Bapak dapat
mengatakan, “Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu.” Coba praktikkan. Bagus!”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita lakukan kita
bercakap-cakap tentang cara mengendalikan marah dengan bicara yang baik.”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang
telah kita pelajari! Bagus sekali! Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari Bapak mau latihan bicara yang baik?”
“Coba masukkan ke dalam jadwal latihan sehari-hari,
misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi
rasa marah Bapak, yaitu dengan cara lain untuk mengatasi rasa marah Bapak,
yaitu denngan cara ibadah, Bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik,
sampai nanti ya!”
SP 4
SP4
pasien : Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dann berdoa, buat jadwal latihan
ibadah/berdoa).
Peragakan komunikasi dibawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya dua jam, yang
lalu sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana Pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasanya marah?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mengendalikan rasa marah yaitu dengan ibadah sesuai dengan agama Bapak?”
“Di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat tadi?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincanng?”
“Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisasa Bapak
lakukan! Bagus.”
“Baik, yang mana mau di coba?”
“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk
dan tarik nafas dalam.”
“Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks.”
“Apa kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan?”
“Kegiatan ibadah mana yang mau dicoba selama di rumah
sakit? Coba pilih dua kegiatan yang ingin Bapak lakukan.”
“Mari coba lakukan, Bagus sekali!”
“Bapak bisa melakukan ibadah secar teratur untuk
meredakan kemarahan.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara yang ketiga ini?”
“Jadi, sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita
pelajari? Bagus!”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan
Bapak. Mau berapa kali Bapak beribadah.”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan
saat Bapak merasa marah.”
“Setelah ini, coba Bapak lakukan jadwal ibadah sesuai
jadwal yang telah kita buat tadi dan perhatikan apakah rasa marah Bapak
berkurang.”
“Besok kita ketemu lagi ya Pak, nanti kita bicarakan cara
keempat mengendalikan rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Jam berapa
Bapak ada waktu?”
“Di mana kita berbincang? Bagaimana kalau di tempat ini
lagi?”
“Samapai jumapa, Pak!”
SP 5
SP5
pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan minum
obat (bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar [benar
nama pasien/pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat] disertai guna obat dan akibat berhenti minum obat,
susun jadwal minum obat secara teratur).
Peragakan komunikasi dibawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya yang kemarin,
hari ini kita bertemu lagi. Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas
dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta ibadah? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya.
Bagus! Berkurang rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang
cara minum obat yang benar untuk mengendalikan rasa marah?”
“Di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat kemarin? Berapa lama kita berbincang-bincanng? Bagaimana kalau 15
menit?”
Kerja
(Perawat membawa obat pasien).
“Bapak sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat
yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum?”
“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya
CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar Bapak rileks
dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini namanya HPL agar rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus Bapak minum 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang,
7 malam.”
“Jika nanti setelah minum obat mulut Bpak terasa kering,
untuk membantu mengatasinya Bapak bisa mengisap-isap es batu atau mionum air
putih dan jika mata terasa berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu.”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini, Bapak lihat dulu
label dikotak obat apakah benar nama Bapak tertulis di label itu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? Di sisni minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar
obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat
terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan jadwal waktu minum obatnya ke
dalam jadwal ya Pak.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara minum obat yang benar?”
“Coba, Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum!
Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengendalikan perasaan marah yang
kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.”
“Baik, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh
mana Bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Sampai jumpa!.”
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif.
3.2
Saran
Dalam pembuatan makalah ini
penulis harapkan mahasiswa dapat memahami dan dapat mempelajari masalah
kesehatan jiwa khususnya perilaku kekerasan (PK). Banyak sekali pengetahuan yang dapat kita
pelajari dari materi ini. Penulis dalam pembuatan makalah ini belum sempurna,
untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun.