Senin, 07 Januari 2013

Keperawatan Gawat Darurat


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Keperawatan gawat darurat bwersifat cepat dan perlu tindakan ayang tepat, serrta memerlukan pemikiran kritis yang tinggi. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien mereka dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat, berkonsultasi dengan spesialis, dokter umum, dan departemen penunjang. Lebih jauh lagi mereka harus mengimplementasikan rencana pengobatan, mengevaluasi efektivitas pengobatan, dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit.
Dari pengalaman pasien gawat darurat, yang diharapkan dari perawat terdaftar (RN) adalah cukup berkompeten untuk melakukan semua aspek proses keperawatan dengan terampil di bawah tekanan yang tinggi. Sama pentingnya dengan kompetisi, komunikasi, dan ketepatan waktu adalah tanggung jawab perawat gawat darurat untuk bertindak sebagai advokat (pembela) pasien dengan mengetahui standar perawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi tertentu.
Di lingkungan gawat darurat, hidup dan mati seseorang ditentukan dalamhitungan menit. Sifat gawat darurat kasus memfokuskan kontribusi keperwaatan kepada hasil yang dicapai pasien, dan mnekankan perlunya perawat mencatat kontribusi profesional mereka.
STANDAR PERAWATAN
Standar perawatan merupakan tingkatan pelaksanaan yang perawatnya memegang tanggung jawab, dan didefinisikan sebagai cara seorang perawat yang bijaksana akan memberikan perawatan lingkungan yang sama atau serupa. Pada tahun 1983, Emergency Nurses’ Association (ENA) membuat standar perawatan untuk semua perawat profesional yang bekerja di ligkungan gawat darurat. Standar tersebut menjadi landasan bagi praktik keperawatan gawat darurat saat ini. Standar tersebut berfungsi sebagai rujukan untuk menentukan pakah kelalaian perawat gawat darurat dapat menyebabkan atau berperan terhadap hasil pasien yang merugikan.
Tanggung jawab setiap perawat profesional berlisensi adalah mengetahui kebijakan rumah sakit atau standar internal yang berkaitan dengan perawatan pasien. Berikut ini adalah contoh dari standar internal:
·         Deskripsi kerja UGD untuk staff perawat dan pemberi perawatan nonlisensi.
·         Kebijakan berkaitan dengan pengobatan pasien.
·         Deskripsi melakukan prosedur.
·         Protokol penatalaksanaan skenario klinis yang spesifik.
Profesional keperawatan bertanggung jawab untuk melaksanakan standar yang ditetapkan oleh organisasi kekhususan, jurnal periodik, dan penelitian. Dengan membaningkan kebijakan institusi dengan standar perawatan nasional yang berkaitan dengan kekhususan, perawat dapat memperbaiki praktik keperawatan di institusi mereka melalui kolaborasi profesional dan perbaikan atau pengembangan kebijakan.
TUJUAN REKAM MEDIS
Riwayat kesehatan pasien terdiri dari informasi yang paling penting bagi pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Data tersebut digunakan untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan kualitas hidup dengan mengevaluasi pasien sec ara sistematik dan membandingkan riwayat yang ada dengan temuan yang terbaru; oleh karena itu keakuratan dan kelengkapan dokumentasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Catatan medis gawat darurat memiliki tiga manfaat utama:
1.       Rekam medis gawat darurat adalah catatan penting informasi pasien yang berguna untuk diagnosis dan pengobatan.
2.       Rekam medis gawat darurat digunakan untuk mempermudah penggantian biaya untuk institusi. Dalam hal ini, catatan harus mencerminkan pengobatan apa yang telah diindikasikan, bagaimana hasilnya, dan apakah dilakukan intervensi lebih lanjut.
3.       Rekam medis gawat darurat merupakan catatan legal tentang pasien. Beberapa informasi mungkin saja diperlukan tidak dalam kaitannya dengan perjalanan klinis, seperti untuk investigasi forensik yang melibatkan pernyataan korban, mekanisme cedera,dan pola luka.
PENTINGNYA DOKUMENTASI
Melakukan dokumetasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara terbaik bagi perawat klinis untuk membelas diri dari tuntutan hukum karena kelalaian dalam pemberian perawatan. Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai alat manajemen risiko bagi perawat UGD. Pencatatan, baik dengan komputer, catatan naratif, atau lembar alur harus menunjukan bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian dan komunikasi, perencanaan dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan melaporkan data-data penting pada dokter selama situasi serius.
NILAI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PERAWAT DI UNIT GAWAT DARURAT
Nilai kemanusiaan merupakan ide medasar dibalik peran perawat gawat darurat sebagai advokat pasien. Selain di UGD tidak ada bidang keperawatan lain yang perawatnya berinteraksi dengan begitu banyak orang, mulai dari berbagai spesialisasi medis dan unit penunjang, atau dengan begitu banyak sisi kemanusiaan.
Melindungi kerahasiaan dan keselamatan pasien setelah pemulangan merupkan bagian dari tanggung jawab ini, begitu juga dnegan melindugi pasien dari praktik medis yang tidak aman. Seperti instruksi yang membahayakan dan waktu respon obat yang tidak tepat. Kesempatan dan tanggung jawab perawat pada area ini menjadi hal yang sangat penting dalam tuntutan kelalaian rumah sakit dan untuk menjaga lisensi perawat profesional.
PENGGUNAAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN DI UNIT GAWAT DARURAT
Berdasarkan fakta bahwa diagnosis keperawatan adalah komponen dari proses keperawatan, daftar diagnosis yang disetujui North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) digabungkan kedalam ENA Core Curriculum pada 1987. Perawat UGD dianjurkan untuk menyimpan daftar tersebut sebagai referensi. Contoh diagnosis keperawatan di UGD adalah:
Pasien berusia 65 tahun denga riwayat gagal jantung kongestif, menunjukan gejala sesak nafas. Hasil pengkajian perawat adalah adanya ronkhi dan mengi, takikardia, atuk dengan sputum berbuih, serta cemas dan gelisah. Kulit pasien pucat:
Diagnosis keperawatan:
1.       Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas behubungan dengan kongesti pulmonar
2.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonar
PENGKAJIAN DAN KOMUNIKASI
TRIASE
Berdasarkan standar praktik ENA “perawat gawat darurat harus memberlakukan triase untuk semua pasien yang masuk ke UGD dan menentukan prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan fisik dan psikologis dan juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasien sepanjang sistem tersebut” (ENA, 1995).
PENTINGNYA TRIASE
Perawat triase harus sangat berpengalaman dalam praktik keperawatan umum dan sangat terampil dalam melakukan pengkajian yang cepat. Hal ini memungkinkan perawat untuk mengevaluasi dengan benar urgensi gejala pasien dan menentukan dnegan cepat siapa siantara pasien menderita penyakit akut tersebut yang paling memerlukan pertolongan segera.
PROSES TRIASE
Proses triase mencakup dokumentasi hal-hal berikut:
·         Waktu dan datangnya alattrnsportasi
·         Keluhan utama (msl. “apa yang membuat anda kemari”)
·         Pengkodean prioritas atau ketakutan perawatan
·         Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
·         Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. Kardiak versus rauma, perawtan minor versus perawatan kritis)
·         Permulaan intervensi (msl. Balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur diagnostik seperti pemeriksaan sinar-X, elektrokardiogram (EKG), atau gas darah arteri (GDA)
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triase harus memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian.perawat triase bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat; misalnya, bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jnatgung dengan monitor jantung dan tekanan darah, atau area pengoabatan cepat untuk keluhan minor, seperti sakit tenggorok tanpa demam, sakit gigi, atau terkilir. Tanpa memikirkan di mana psien pertama kali ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru tentang kondisi pasien dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.
WAWANCARA TRIASE YANG IDEAL
Wawancara dan dokumentasi triase yag ideal mencakup hal-hal berikut:
·         Nama, usia, jenis kelamin, dan cara kedatangan
·         Keluhan utama
·         Riwayat singkat (termasuk awitan, derajat intensitas, kondisi yang sama sebelumnya, dan masalah medis sebelumnya)
·         Pengobatan
·         Alergi
·         Tanggal imunisasi tetanus terakhir
·         Tanggal periode menstruasi terakhir bagi wanita usia susbur (termasuk gravida, pada dan aborsi, jika perlu)
·         Pengkajian tanda vital dan berat badan
·         Klasifikasi pasien dan tingkat keakutan
PRIORITAS KEAKUTAN
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triase yang mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk-petunjuk tersebut meliputi:
·         Nyeri hebat
·         Perdarahan aktif
·         Stupor atau mengantuk
·         Disorientasi
·         Gangguan emosi
·         Dispnea saat istirahat
·         Diaforesis yang ekstrem
·         Sianosis
·         Tanda vital diluar batas normal
SISTEM KLASIFIKASI PASIEN
Ketika perawat menerima peran sebagai perawat triase, ia harus memiliki emahaman yang lengkap tentang sistem yang digunakan oleh institusi tersebut. Beberapa sistem yang digunakan adalah Traffic Director, Spot Check, and Comprehensive.
Dalam sistem traffic Director, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”.
Pada model Spot Check, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yanbg terbatas, dan psien dikategorikan kedalam salah satu prioritas pengobatan berikut: “gawat darurat”, “mendesak”, atau “ditunda”.
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju, dengan melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar