KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Keperawatan gawat darurat bwersifat cepat dan perlu tindakan
ayang tepat, serrta memerlukan pemikiran kritis yang tinggi. Perawat gawat
darurat harus mengkaji pasien mereka dengan cepat dan merencanakan intervensi
sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat, berkonsultasi dengan
spesialis, dokter umum, dan departemen penunjang. Lebih jauh lagi mereka harus
mengimplementasikan rencana pengobatan, mengevaluasi efektivitas pengobatan,
dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit.
Dari pengalaman pasien gawat darurat, yang diharapkan dari
perawat terdaftar (RN) adalah cukup berkompeten untuk melakukan semua aspek
proses keperawatan dengan terampil di bawah tekanan yang tinggi. Sama
pentingnya dengan kompetisi, komunikasi, dan ketepatan waktu adalah tanggung
jawab perawat gawat darurat untuk bertindak sebagai advokat (pembela) pasien
dengan mengetahui standar perawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi
tertentu.
Di lingkungan gawat darurat, hidup dan mati seseorang
ditentukan dalamhitungan menit. Sifat gawat darurat kasus memfokuskan
kontribusi keperwaatan kepada hasil yang dicapai pasien, dan mnekankan perlunya
perawat mencatat kontribusi profesional mereka.
STANDAR PERAWATAN
Standar perawatan merupakan tingkatan pelaksanaan yang perawatnya
memegang tanggung jawab, dan didefinisikan sebagai cara seorang perawat yang
bijaksana akan memberikan perawatan lingkungan yang sama atau serupa. Pada
tahun 1983, Emergency Nurses’ Association (ENA) membuat standar perawatan untuk
semua perawat profesional yang bekerja di ligkungan gawat darurat. Standar
tersebut menjadi landasan bagi praktik keperawatan gawat darurat saat ini.
Standar tersebut berfungsi sebagai rujukan untuk menentukan pakah kelalaian
perawat gawat darurat dapat menyebabkan atau berperan terhadap hasil pasien
yang merugikan.
Tanggung jawab setiap perawat profesional berlisensi adalah
mengetahui kebijakan rumah sakit atau standar internal yang berkaitan dengan
perawatan pasien. Berikut ini adalah contoh dari standar internal:
·
Deskripsi kerja UGD untuk staff perawat dan
pemberi perawatan nonlisensi.
·
Kebijakan berkaitan dengan pengobatan pasien.
·
Deskripsi melakukan prosedur.
·
Protokol penatalaksanaan skenario klinis yang
spesifik.
Profesional keperawatan bertanggung jawab untuk melaksanakan
standar yang ditetapkan oleh organisasi kekhususan, jurnal periodik, dan
penelitian. Dengan membaningkan kebijakan institusi dengan standar perawatan
nasional yang berkaitan dengan kekhususan, perawat dapat memperbaiki praktik
keperawatan di institusi mereka melalui kolaborasi profesional dan perbaikan
atau pengembangan kebijakan.
TUJUAN REKAM MEDIS
Riwayat kesehatan pasien terdiri dari informasi yang paling
penting bagi pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Data tersebut digunakan
untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan kualitas hidup dengan mengevaluasi
pasien sec ara sistematik dan membandingkan riwayat yang ada dengan temuan yang
terbaru; oleh karena itu keakuratan dan kelengkapan dokumentasi merupakan suatu
hal yang sangat penting. Catatan medis gawat darurat memiliki tiga manfaat
utama:
1.
Rekam medis gawat darurat adalah catatan penting
informasi pasien yang berguna untuk diagnosis dan pengobatan.
2.
Rekam medis gawat darurat digunakan untuk
mempermudah penggantian biaya untuk institusi. Dalam hal ini, catatan harus
mencerminkan pengobatan apa yang telah diindikasikan, bagaimana hasilnya, dan
apakah dilakukan intervensi lebih lanjut.
3.
Rekam medis gawat darurat merupakan catatan
legal tentang pasien. Beberapa informasi mungkin saja diperlukan tidak dalam
kaitannya dengan perjalanan klinis, seperti untuk investigasi forensik yang
melibatkan pernyataan korban, mekanisme cedera,dan pola luka.
PENTINGNYA DOKUMENTASI
Melakukan dokumetasi secara akurat dalam rekam medis adalah
salah satu cara terbaik bagi perawat klinis untuk membelas diri dari tuntutan
hukum karena kelalaian dalam pemberian perawatan. Dokumentasi yang berasal dari
kebijakan yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai alat manajemen
risiko bagi perawat UGD. Pencatatan, baik dengan komputer, catatan naratif,
atau lembar alur harus menunjukan bahwa perawat gawat darurat telah melakukan
pengkajian dan komunikasi, perencanaan dan kolaborasi, implementasi dan
evaluasi perawatan yang diberikan, dan melaporkan data-data penting pada dokter
selama situasi serius.
NILAI KEMANUSIAAN DAN ADVOKASI PERAWAT DI UNIT GAWAT DARURAT
Nilai kemanusiaan merupakan ide medasar dibalik peran
perawat gawat darurat sebagai advokat pasien. Selain di UGD tidak ada bidang
keperawatan lain yang perawatnya berinteraksi dengan begitu banyak orang, mulai
dari berbagai spesialisasi medis dan unit penunjang, atau dengan begitu banyak
sisi kemanusiaan.
Melindungi kerahasiaan dan keselamatan pasien setelah
pemulangan merupkan bagian dari tanggung jawab ini, begitu juga dnegan
melindugi pasien dari praktik medis yang tidak aman. Seperti instruksi yang
membahayakan dan waktu respon obat yang tidak tepat. Kesempatan dan tanggung
jawab perawat pada area ini menjadi hal yang sangat penting dalam tuntutan
kelalaian rumah sakit dan untuk menjaga lisensi perawat profesional.
PENGGUNAAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN DI UNIT GAWAT DARURAT
Berdasarkan fakta bahwa diagnosis keperawatan adalah
komponen dari proses keperawatan, daftar diagnosis yang disetujui North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) digabungkan kedalam ENA Core
Curriculum pada 1987. Perawat UGD dianjurkan untuk menyimpan daftar tersebut
sebagai referensi. Contoh diagnosis keperawatan di UGD adalah:
Pasien berusia 65 tahun denga riwayat gagal jantung
kongestif, menunjukan gejala sesak nafas. Hasil pengkajian perawat adalah
adanya ronkhi dan mengi, takikardia, atuk dengan sputum berbuih, serta cemas
dan gelisah. Kulit pasien pucat:
Diagnosis keperawatan:
1.
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas
behubungan dengan kongesti pulmonar
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kongesti pulmonar
PENGKAJIAN DAN KOMUNIKASI
TRIASE
Berdasarkan standar praktik ENA “perawat gawat darurat harus
memberlakukan triase untuk semua pasien yang masuk ke UGD dan menentukan
prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan fisik dan psikologis dan juga
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasien sepanjang sistem tersebut” (ENA,
1995).
PENTINGNYA TRIASE
Perawat triase harus sangat berpengalaman dalam praktik
keperawatan umum dan sangat terampil dalam melakukan pengkajian yang cepat. Hal
ini memungkinkan perawat untuk mengevaluasi dengan benar urgensi gejala pasien
dan menentukan dnegan cepat siapa siantara pasien menderita penyakit akut
tersebut yang paling memerlukan pertolongan segera.
PROSES TRIASE
Proses triase mencakup dokumentasi hal-hal berikut:
·
Waktu dan datangnya alattrnsportasi
·
Keluhan utama (msl. “apa yang membuat anda
kemari”)
·
Pengkodean prioritas atau ketakutan perawatan
·
Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
·
Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl.
Kardiak versus rauma, perawtan minor versus perawatan kritis)
·
Permulaan intervensi (msl. Balutan steril, es,
pemakaian bidai, prosedur diagnostik seperti pemeriksaan sinar-X,
elektrokardiogram (EKG), atau gas darah arteri (GDA)
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD.
Perawat triase harus memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat
dan melakukan pengkajian.perawat triase bertanggung jawab untuk menempatkan
pasien di area pengobatan yang tepat; misalnya, bagian trauma dengan peralatan
khusus, bagian jnatgung dengan monitor jantung dan tekanan darah, atau area
pengoabatan cepat untuk keluhan minor, seperti sakit tenggorok tanpa demam,
sakit gigi, atau terkilir. Tanpa memikirkan di mana psien pertama kali
ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh
perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru tentang kondisi pasien dapat
mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.
WAWANCARA TRIASE YANG IDEAL
Wawancara dan dokumentasi triase yag ideal mencakup hal-hal
berikut:
·
Nama, usia, jenis kelamin, dan cara kedatangan
·
Keluhan utama
·
Riwayat singkat (termasuk awitan, derajat
intensitas, kondisi yang sama sebelumnya, dan masalah medis sebelumnya)
·
Pengobatan
·
Alergi
·
Tanggal imunisasi tetanus terakhir
·
Tanggal periode menstruasi terakhir bagi wanita
usia susbur (termasuk gravida, pada dan aborsi, jika perlu)
·
Pengkajian tanda vital dan berat badan
·
Klasifikasi pasien dan tingkat keakutan
PRIORITAS KEAKUTAN
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat
triase yang mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi.
Petunjuk-petunjuk tersebut meliputi:
·
Nyeri hebat
·
Perdarahan aktif
·
Stupor atau mengantuk
·
Disorientasi
·
Gangguan emosi
·
Dispnea saat istirahat
·
Diaforesis yang ekstrem
·
Sianosis
·
Tanda vital diluar batas normal
SISTEM KLASIFIKASI PASIEN
Ketika perawat menerima peran sebagai perawat triase, ia
harus memiliki emahaman yang lengkap tentang sistem yang digunakan oleh
institusi tersebut. Beberapa sistem yang digunakan adalah Traffic Director,
Spot Check, and Comprehensive.
Dalam sistem traffic Director, perawat hanya
mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak
mendesak”.
Pada model Spot Check, perawat mendapatkan keluhan utama
bersama dengan data subjektif dan objektif yanbg terbatas, dan psien
dikategorikan kedalam salah satu prioritas pengobatan berikut: “gawat darurat”,
“mendesak”, atau “ditunda”.
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju, dengan
melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar